ISMAIL MARZUKI
Ismail Marzuki adalah seorang komponis besar Indonesia
yang semasa hidupnya sudah menciptakan lebih dari 200 buah lagu. Diantaranya
lagu Sepasang Mata Bola, Rayuan Pulau kelapa, Indonesia Pusaka, dan lain-lain. Namanya diabadikan
sebagai nama pusat kesenian di Jakarta, yaitu Taman Ismail Marzuki (TIM).
Sebagai komponis, dia dikenal produktif dan pandai
melahirkan karya-karya yang mendapat apresiasi tinggi dari masyarakat. Dalam bermusik,
dia mempunyai kebebasan berekspresi, leluasa bergerak dari satu jenis aliran
musik ke aliran musik lain, ia juga mempunyai kemampuan menangkap inspirasi
lagunya dengan beragam tema.
Keterpesonaan Ismail Marzuki pada sisi-sisi romantisme
masa perjuangan melahirkan lagu-lagu bertema cinta dan perjuangan. Meskipun lagu-lagu
karyanya tampak sederhana, syairnya sangat kuat, melodius, dan punya nilai
keabadian.
Lagu-lagunya yang bertemakan cinta hingga sekarang
masih tetap hidup dan disukai tua dan muda seperti sepasang mata bola, selendang sutra, melati di tapal batas, aryati,
janagan ditanya kemana aku pergi, payung fantasi, sabda alam,kopral jono, dan
sersan mayorku.
Gelar pahlawan nasional dianugerahkan kepadanya bersama
lima putra terbaik bangsa indonesia lainnya, yakni Maskoen Soemadireja, Andi
Mappanyukki, Raja Ali Haji, KH. Achmad Ri’fai, dan Gatot Mangkoepradja. Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono menganugrahkan dalam rangkaian peringatan hari
pahlawan 10 November di istana negara rabu 10 November 2004.
Ismail Marzuki memang seorang komponis besar yang
sampai saat ini boleh belum jadi belum ada yang dapat menggantikannya. Karena itu,
memang sudah layak diberikan penghormatan padanya sebagai pahlawan nasional. Karya-karya
Ismail Marzuki memang kaya,baik soal melodi maupun liriknya. Ia juga
menciptakan lagu dengan berbagai macam warna,salah satunya
keroncong,dianataranya Bandung Selatan
Di Waktu Malam dan Pahlawan Muda
Ismail Marzuki atau Bang Maing adalah putra Betawi
asli. Lahir di Kwitang, Jakarta pada 11 Mei 1914. Sejak kecil ia tidak banyak
menerima kasih saying sang ibu, karena ibunya meninggal ketika ia berusia tiga
bulan. Sedangkan kakak kandungnya bernama Anie Haminah yang umurnya berbeda
sekitar sebelas tahun.
Ismail Marzuki menempuh pendidikan di HIS Idenburg,
Menteng sampai tamat kelas 7, dilanjutkan ke MULO di jalan Menjangan, Jakarta.
Saat itu ia dibelikan ayahnya alat musik seperti harmonika, mandolin, dan
lain-lain. Dengan alat musik itu ia bermain musik dan menciptakan lagu. Lagu
pertamanya berjudul O Sarinah yang
ia ciptakan saat berusia 17 tahun.
Dengan bekal ijazah MULO dan lancar berbahasa Inggris
dan Belanda ia diterima bekerja di Socony Servie Station. Tetapi ia tidak lama
bekerja disana. Ismail kemudian bekerja di perusahaan dagang KK Nies, yang
menjual alat-alat musik dan merekam piringan hitam. Ia senang bekerja disana
karena bisa menyalurkan bakatnya dalam bidang musik.
Sejak usia muda Ismail Marzuki sudah menguasai
berbagai alat musik. Sekitar tahun 1936 Ismail Marzuki bergabung dengan
perkumpulan orkes Lief Java pimpinan Hugo Dumas. Disanalah kemampuannya
meningkat pesat. Ia sangat kreatif mengaransemen lagu beragam genre, lagu-lagu
Barat, irama keroncong, maupun langgam Melayu. Ia yang pertama memperkenalkan
instrument akordean kedalam langgam Melayu sebagai pengganti harmonium pompa.
Sejak itu ia memperoleh kesempatan tampil dalam siaran
Nederlands Indische Omroap Maatschapij dan tidak pernah meninggalkan dunia
radio. Kegiatannya lebih banyak menggubah dan mengaransemen lagu-lagu. Saat
pendengar radio meminta Lief java menyiarkan lagu-lagu Hawaii juga, maka
dibentuk sebuah Band Hawaiian dengan nama Sweet Java Islander yang diisi oleh
Ismail Marzuki, Victor Tobing, Hasan Basri, Pek De Rosario,dan Hardjomuljo.
Karya-karya Ismail Marzuki pertama mulai direkam ke
piringan hitam pada 1937 yang disambut hangat oleh para penggemar musik.
Diantara lagu yang direkam antara lain O Sarinah, Ali Baba Rumba, dan Olhe Lheu Dari Kotaradja.
Setahun kemudian Ismail Marzuki mengisi suara dalam film Terang Bulanyang diperankan oleh Rd. Muchtar dalam lagu Duduk Termenung, karena bintang film itu tidak sanggup
menyanyikannya. Kesuksesan di dunia film membuatnya diundang ke Malaysia dan
Singapura dalam serangkaian pementasan.
Salah satu lagu yang ia ciptakan pada 1939 berjudul Als De Orchideen Bloeien, sangat memikat hati penggemar
di seluruh tanah air bahkan hingga ke negeri Belanda. Pemancar Radio
Hilversium, Nederland, sering menyiarkan lagu itu atas permintaan
pendengar.
Pada masa penjajahan Jepang ia melakukan perlawanan
dengan caranya sendiri melalui lagu. Ia menggubah lagu Bisikan Tanah Air serta lagu Indonesia Pusaka. Ia pernah dipanggil oleh Kenpetai
untuk dimintai penjelasan saat lagu itu disiarkan secara luas di radio. Ia juga
membuat lagu perjuangan untuk Peta (Pembela Tanah Air), yaitu mars Gagah Perwira. Lagu Rayuan Pulau Kelapa ia
ciptakan tahun 1944. Ia tidak sendiri, karena komposer lain seperti Cornel
Simandjuntak membuat lagu yang menggugah semangat, Maju Tak Gentar, dan Kusbini membuat lagu yang
membangkitkan perasaan Bagimu Negeri.
Ismail Marzuki selam ini diyakini sebagian besar
masyarakat indonesia sebagai pencipta lagu Halo-Halo
Bandung yang terkenal. Lagu tersebut menggambarkan besarnya semangat rakyat
Bandung dalam peristiwa Bandung lautan api. Namun sebenarnya siapa pencipta
lagu tersebut yang sebenarnya masih diperdebatkan oleh sebagian masyarakat
Indonesia.
Ismail Marzuki menikah pada 1940 dengan Eulis Zuraidah.
Sampai akhir hayatnya Ismail Marzuki tidak dikaruniai anak. Tetapi ia memiliki
seorang anak angkat bernama Rachmi Aziah.
Pada tahun 1956 Ismail Marzuki jatuh sakit. Lagu
terakhir yang ia ciptakan yang dibuat pada masa sakit berjudul Inikah bahagia? Pada tanggal 25 Mei 1958 di
Jakarta, Ismail Marzuki meninggal dunia di usia 44 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar